1. Sab’ah memiliki banyak arti dalam bahasa Arab. Kata sab’ah bisa berarti
bilangan tujuh, bisa juga berarti bilangan yang tidak terbatas.
Sedangkan arti dari kata ahruf, bisa berarti beberapa huruf hijâiyah,
wajah, makna, saluran air, kata, dan lain-lain.
Pendapat yang paling masyhur yaitu pendapat yang
dikemukakan oleh Abu al-Fadl ar-Râzi: arti dari sab’atu ahruf adalah
tujuh wajah/bentuk. Maksudnya seluruh al-Qur’an tidak beda dari tujuh wajah
perbedaan dari awal sampai akhir. Tujuh perbedaan tersebut adalah:
·
Perbedaan bentuk Isim.
·
Perbedaan bentuk Fi’il.
·
Perbedaan bentuk I’râb.
·
Perbedaan bentuk nâqish.
·
Perbedaan bentuk taqdîm.
·
Perbedaan bentuk tabdîl.
·
Perbedaan bentuk lahjah (dialek),
seperti pada bacaan Imâlah, Taqlîl, Idgham, Izhâr, dan lain-lain.[1]
2. Yang dimaksud dari Mim Jama’ adalah Mim yang menunjukkan Jama’
Mudzakkar dan Jama’ Mudzakkar Ghaib, yang setelahnya ada huruf mati
dan huruf hidup.
·
Mim Jama’ terletak sebelum Huruf Hidup, bacaan Imam
7:
- Ibnu Katsîr membaca Dhammah pada Mim Jama’ dan
menghubungkannya dengan Waw Sukun, baik setelahnya berupa Hamzah
Qatha’ atau bukan.
- Qalun membaca Dhammah Mim Jama’ baik setelahnya berupa Hamzah
Qatha’ atau bukan, dengan dua wajah bacaan:
a. Sukun Mim Jama’
b. Shilah Mim Jama’.
- Warasy menghubungkan Mim Jama’
dengan Waw Sukun jika setelahnya hanya berupa Hamzah Qatha.
- Imam Qira’at yang lain membacanya Sukun
Mim Jama’. Apabila setelah Mim Jama’ bukan Hamzah Qatha’ yang
dimaksud Bâqil Qurrâ’ adalah: Warasy, Abu ‘Amr, Ibnu ‘Âmir, Âshim, Hamzah,
dan Al-Kisâi. Apabila setelah Mim Jama’ berupa Hamzah Qatha’ maka
yang dimaksud dengan Imam yang lain adalah: Abu ‘Amr, Ibnu ‘Âmr, ‘Āshim,
Hamzah, dan Al-Kisâi.[2]
·
Mim Jama’ terletak setelah Huruf Mati
·
Seluruh Imam Qiraat membaca Dhammah Mim
Jama’ dengan tanpa shilah.
·
Jika sebelumnya berupa Ha’, dan
sebelum Ha’ berupa Kasrah atau Ya’ Sukun seperti: عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ dan بِهِمُ الْأَ سْبَابُ.
· Abu ‘Amr membacanya dengan Kasrah Mim Jama’ (بِهِمِ الأَسْبَابُ)
·
Hamzah dan Al-Kisai membaca Dhammah Mim Jama’
jika diwashalkan, dan membaca Kasrah apabila diwaqafkan.
·
Bâqil Qurrâ’ (Nafi’, Ibnu
Katsir, Ibnu ‘Amr, ‘Ashim) membaca Kasrah Ha’ dan Dhammah Mim Jama’
ketika washal. Dan ketika waqaf mereka membaca Kasrah Ha’
dan Sukun Mim Jama’.
·
Sementara pada lafazh لَدَيْهِم-عَلَيْهِمْ-إلَيْهِم, Imam Hamzah
membacanya dengan Dhammah Ha’ disemua tempat dalam al-Qur’an baik ketika
washal ataupun ketika waqaf.[3]
3. Idgham menurut bahasa adalah memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Sedangkan menurut istilah adalah pengucapan dua huruf menjadi satu
huruf,.......
Dinamakan Idgham Kabîr apabila huruf pertama
yang diidghamkan dan huruf kedua sama-sama berupa huruf hidup. Dari ketujuh
Imam Qiraat yang sangat memperhatikan masalah Idgham Kabîr adalah Abu
‘Amr al-Bashri. Dan yang menggunakan Idgham Kabîr hanya riwayat as-Sûsi,
sementara riwayat ad-Dûri tidak menggunakannya.[4]
Idgham Kabir terbagi menjadi dua bagian: Mitslain
dan Mutaqaribain.
·
Mislain adalah bila huruf pertama dan kedua
bermakhraj sama. Idgham Mitslain ada kalanya terdapat “dalam satu kata” dan ada
kalanya “dalam dua kata.”
·
Pada Mitslain Dalam Satu Kata hanya
pada lafazh “مناسككم dan وماسلككم”. Selain dari kedua
lafazh ini, As-Susi tetap membaca dengan Izhar sebagaimana Imam-imam yang
lainnya.[5]
·
Mitslain Dalam Dua Kata, adalah huruf pertama dan
kedua makhrajnya sama dan sifatnya terdapat dalam dua kata. As-Susi ketika washal
membacanya dengan Idgham.
·
Dalam Mitslain Dalam Dua Kata
terdapat beberapa hal yang menghalangi terjadinya Idgham, yaitu:
·
Ta’ Dhamir yang menunjukka Mutakallim
·
Ta’ Dhamir yang menunjukkan Mukhatab.
·
Huruf yang ditanwin.
·
Mutaqaribain: bila huruf pertama dan huruf yang kedua
berdekatan Makhraj atau sifatnya. Idgham Mutaqaribain sama halnya dengan
mitslain, yakni ada kalanya “dalam satu kata” ada kalanya pula “dalam
dua kata”.
·
Idgham Mutaqaribain Dalam Satu Kata dibaca
oleh as-Susi bila memenuhi dua syarat:
-
Huruf pertama berupa huruf Qaf dan
sebelumnya berupa huruf hidup.
-
Huruf kedua berupa huruf Kaf dan
setelahnya berupa Mim Jama’.
·
Idgham Mutaqaribain Dalam Dua Kata adalah
jika ada dua huruf Mutaqaribain yang saling bertemu dalam dua kata. Jika
membaca huruf yang Mutaqaribain dalam dua kata dengan Washal, as-Susi
mengidghamkannya dengan beberapa syarat:
-
Apabila huruf pertama diawal kata terdiri
dari huruf enam belas: ش،
ل، ت، ن، ب، ر، د، ض، ث،
ك، ذ، ح، س، م، ق، ج. .
-
Apabila huruf pertama tidak ditanwin, tidak
berupa Ta’ Mukhatab, tidak dijazamkan dan tidak bertasydid.[7]
4. Ha’ Kinayah adalah Ha’ tambahan yang menunjukkan Mufrad Mudzakkar Ghaib,
bisa juga disebut dengan Ha’ Dhamir.
Ada beberapa kaidah yang terkait dengan Ha’ Kinayah:
1. Ha’ Kinayah yang terletak sebelum huruf mati.
Seluruh Imam Qira’at tidak membaca Shilah Ha’ Kinayah
jika terletak sebelum huruf mati.
2. Ha’ Kinayah yang terletak sebelum huruf hidup.
1. Jika Ha’ Kinayah terletak sebelum huruf hidup, seluruh Imam Qira’at
membaca dengan Shilah Ha’ Kinayah.
Untuk
lafazh فيه مهانا
Hafash dan Ibnu Katsir membaca dengan Shilah