Kamis, 24 Januari 2013

qira'at sab'ah



1.      Sab’ah memiliki banyak arti dalam bahasa Arab. Kata sab’ah bisa berarti bilangan tujuh, bisa juga berarti bilangan yang tidak terbatas. Sedangkan arti dari kata ahruf, bisa berarti beberapa huruf hijâiyah, wajah, makna, saluran air, kata, dan lain-lain.
Pendapat yang paling masyhur yaitu pendapat yang dikemukakan oleh Abu al-Fadl ar-Râzi: arti dari sab’atu ahruf adalah tujuh wajah/bentuk. Maksudnya seluruh al-Qur’an tidak beda dari tujuh wajah perbedaan dari awal sampai akhir. Tujuh perbedaan tersebut adalah:
·         Perbedaan bentuk Isim.
·         Perbedaan bentuk Fi’il.
·         Perbedaan bentuk I’râb.
·         Perbedaan bentuk nâqish.
·         Perbedaan bentuk taqdîm.
·         Perbedaan bentuk tabdîl.
·         Perbedaan bentuk lahjah (dialek), seperti pada bacaan Imâlah, Taqlîl, Idgham, Izhâr, dan lain-lain.[1]
2.      Yang dimaksud dari Mim Jama’ adalah Mim yang menunjukkan Jama’ Mudzakkar dan Jama’ Mudzakkar Ghaib, yang setelahnya ada huruf mati dan huruf hidup.
·         Mim Jama’ terletak sebelum Huruf Hidup, bacaan Imam 7:
- Ibnu Katsîr membaca Dhammah pada Mim Jama’ dan menghubungkannya dengan Waw Sukun, baik setelahnya berupa Hamzah Qatha’ atau bukan.
- Qalun membaca Dhammah Mim Jama’ baik setelahnya berupa Hamzah Qatha’ atau bukan, dengan dua wajah bacaan:
            a. Sukun Mim Jama’
            b. Shilah Mim Jama’.
- Warasy menghubungkan Mim Jama’ dengan Waw Sukun jika setelahnya hanya berupa Hamzah Qatha.
- Imam Qira’at yang lain membacanya Sukun Mim Jama’. Apabila setelah Mim Jama’ bukan Hamzah Qatha’ yang dimaksud Bâqil Qurrâ’ adalah: Warasy, Abu ‘Amr, Ibnu ‘Âmir, Âshim, Hamzah, dan Al-Kisâi. Apabila setelah Mim Jama’ berupa Hamzah Qatha’ maka yang dimaksud dengan Imam yang lain adalah: Abu ‘Amr, Ibnu ‘Âmr, ‘Āshim, Hamzah, dan Al-Kisâi.[2]
·         Mim Jama’ terletak setelah Huruf Mati
·   Seluruh Imam Qiraat membaca Dhammah Mim Jama’ dengan tanpa shilah.
·   Jika sebelumnya berupa Ha’, dan sebelum Ha’ berupa Kasrah atau Ya’ Sukun seperti: عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ dan بِهِمُ الْأَ سْبَابُ.
·   Abu ‘Amr membacanya dengan Kasrah Mim Jama’ (بِهِمِ الأَسْبَابُ)
·   Hamzah dan Al-Kisai membaca Dhammah Mim Jama’ jika diwashalkan, dan membaca Kasrah apabila diwaqafkan.
·   Bâqil Qurrâ’ (Nafi’, Ibnu Katsir, Ibnu ‘Amr, ‘Ashim) membaca Kasrah Ha’ dan Dhammah Mim Jama’ ketika washal. Dan ketika waqaf mereka membaca Kasrah Ha’ dan Sukun Mim Jama’.
·         Sementara pada lafazh لَدَيْهِم-عَلَيْهِمْ-إلَيْهِم, Imam Hamzah membacanya dengan Dhammah Ha’ disemua tempat dalam al-Qur’an baik ketika washal ataupun ketika waqaf.[3]
3.      Idgham menurut bahasa adalah memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu. Sedangkan menurut istilah adalah pengucapan dua huruf menjadi satu huruf,.......
Dinamakan Idgham Kabîr apabila huruf pertama yang diidghamkan dan huruf kedua sama-sama berupa huruf hidup. Dari ketujuh Imam Qiraat yang sangat memperhatikan masalah Idgham Kabîr adalah Abu ‘Amr al-Bashri. Dan yang menggunakan Idgham Kabîr hanya riwayat as-Sûsi, sementara riwayat ad-Dûri tidak menggunakannya.[4]
Idgham Kabir terbagi menjadi dua bagian: Mitslain dan Mutaqaribain.
·         Mislain adalah bila huruf pertama dan kedua bermakhraj sama. Idgham Mitslain ada kalanya terdapat “dalam satu kata” dan ada kalanya “dalam dua kata.”
·   Pada Mitslain Dalam Satu Kata hanya pada lafazh “مناسككم dan وماسلككم”. Selain dari kedua lafazh ini, As-Susi tetap membaca dengan Izhar sebagaimana Imam-imam yang lainnya.[5]
·   Mitslain Dalam Dua Kata, adalah huruf pertama dan kedua makhrajnya sama dan sifatnya terdapat dalam dua kata. As-Susi ketika washal membacanya dengan Idgham.
·         Dalam Mitslain Dalam Dua Kata terdapat beberapa hal yang menghalangi terjadinya Idgham, yaitu:
·   Ta’ Dhamir yang menunjukka Mutakallim
·   Ta’ Dhamir yang menunjukkan Mukhatab.
·   Huruf yang ditanwin.
·   Huruf yang ditasydid.[6]
·         Mutaqaribain: bila huruf pertama dan huruf yang kedua berdekatan Makhraj atau sifatnya. Idgham Mutaqaribain sama halnya dengan mitslain, yakni ada kalanya “dalam satu kata” ada kalanya pula “dalam dua kata”.
·         Idgham Mutaqaribain Dalam Satu Kata dibaca oleh as-Susi bila memenuhi dua syarat:
-    Huruf pertama berupa huruf Qaf dan sebelumnya berupa huruf hidup.
-    Huruf kedua berupa huruf Kaf dan setelahnya berupa Mim Jama’.
·         Idgham Mutaqaribain Dalam Dua Kata adalah jika ada dua huruf Mutaqaribain yang saling bertemu dalam dua kata. Jika membaca huruf yang Mutaqaribain dalam dua kata dengan Washal, as-Susi mengidghamkannya dengan beberapa syarat:
-    Apabila huruf pertama diawal kata terdiri dari huruf enam belas: ش، ل، ت، ن، ب، ر، د، ض، ث، ك، ذ، ح، س، م، ق، ج. .
-    Apabila huruf pertama tidak ditanwin, tidak berupa Ta’ Mukhatab, tidak dijazamkan dan tidak bertasydid.[7]
4.      Ha’ Kinayah adalah Ha’ tambahan yang menunjukkan Mufrad Mudzakkar Ghaib, bisa juga disebut dengan Ha’ Dhamir.
Ada beberapa kaidah yang terkait dengan Ha’ Kinayah:
1.      Ha’ Kinayah yang terletak sebelum huruf mati.
Seluruh Imam Qira’at tidak membaca Shilah Ha’ Kinayah jika terletak sebelum huruf mati.
2.      Ha’ Kinayah yang terletak sebelum huruf hidup.
1.      Jika Ha’ Kinayah terletak sebelum huruf hidup, seluruh Imam Qira’at membaca dengan Shilah Ha’ Kinayah.
Untuk lafazh فيه مهانا Hafash dan Ibnu Katsir membaca dengan Shilah


[1] Ahmad Fathoni, Kaidah Qirāāt Tujuh, jilid 1, Darul Ulum Pers Jakarta (2009), hal. 3-4.
[2] Ahmad Fathoni (2004) jilid 1, hal. 28-29.
[3] Ahmad Fathoni (2004) Jilid 1, hal 28-34.
[4] Ahmad Fathoni (2004) Jilid 1, hal 35.
[5] Ahmad Fathoni (2004) Jilid 1, hal 36.
[6] Ahmad Fathoni (2004) Jilid 1, hal 36-42.
[7] Ahmad Fathoni (2004) Jilid 1, hal 43.